Jumat, 04 November 2011

Menemukan Matabaca Kita


Berangkat dari Catatan ini, aku menuliskan kegelisan dan pengalamanku selama ini untuk di bagikan ke sesama warga Matabaca yang aku hormati. Karena dengan berbagi, maka kita bisa menikmati, merasakan dan memikirkannya secara bersama-sama. Juga yang tidak kalah pentingnya adalah apa yang dinikmati, dirasakan dan dipikirakan kita perjuangkan dalam kehdiupan yang nyata untuk menemukan dalam “sinetron” Matabaca kita.
Banyak hal yang belum cukup jelas di dalamnya. Maka tidak ada salahnya kalau kita mereview perjalan sejarah serta lika-liku dan pergulatan membangun sebuah komunitas atau organisasi. Apa yang menjadi kendala, tantangan dan keberhasilan selama ini? Dan apa saja yang harus kita lakukan dan persiapakan kedepan melihat tantangan zaman semakin mempenjara semangat dan pikiran ke depan? Hal ini penting dilakukan dan dijawab agar ada pembacaan yang utuh. Dan dari semua itulah,  supaya ada akumulasi pengetahuan dari perjalanan sejarah yang berimbas ke masa yang akan datang.
Matabaca adalah hasil kegelisan dan keprihatinan terhadap kondisi bangsa untuk segera bangkit dari tidurnya. Salah satunya melalui membudayakan membaca. Terutama di tingkatan bangkalan-Madura, yang begitu minimnya fasilitas dan sarana yang memadai untuk membudayakan dan menyadarkan baca di masyarakat.   
Melalui dialog dan diskusi yang panjang akhirnya, kita dapat mewujukan komunitas Sadar Baca yang diberi nama dengan Matabaca di akhir bulan Maret.  Namun ia dihadapkan dengan dilema dan tangtangan, ditengah minimnya fasilitas dan materi yang ada, kita hanya punya semangat yang membara dalam jiwa bahwa kita bisa bangkit. Dilema yang dihadapi adalah perbedaan karakter setiap individu pengurus serta perbedaan apa yang ingin dibaca oleh warga yang begitu beragam, dirajut untuk menemukan dan mewujudkan ke-Matabacaan yang harus kita bangun.
Sebagai komunitas yang baru, Matabaca adalah bayi yang baru bisa merangkak, ia butuh uluran tangan untuk bisa berjalan. Matabaca adalah lukisan kosong yang membutuhkan image dan pikiran untuk melukis wajah dan mengoreskan kanvas dari sudut awal kesudut lainya. Ia adalah bentuk tanpa rupa dan rupanya adalah kita yang ada dalam tubuhnya. Maka kita butuh konsensus pikiran, kesadaran serta tindakan yang menyatu dalam ruang untuk duduk mewujudkan wajah yang tidak tampak dan merumuskan atau menemukan “Matabaca kita”.
Namun dalam perjalanan waktu yang sebenarnya membuat kita semakin dewasa dalam kebersamaan Matabaca, dirusak—dinodai sedikit dami sedikit oleh ego diri dan ego modernitas (pragmatisme dll), yang telah merusak kesepaktan bersama. Pada dampaknya  terlindas dalam ruang kehampaan. Sebuah struktur yang bagus wujudnya, tapi kering dan kosong, tanpa jiwa atau semangat.
Silaturrahmi, silatulfikri dan silatulqalbi yang dirindukan bergerak dalam ruang wacana tanpa peduli pada realitas sesungkuhnya. Perjuang dan pengorbanan yang tulus demi Matabaca untuk warga dan non-warga yang dapat mengeluarkan Matabaca dari kerusakan. Dari kebersamaan untuk mengabdi yang dilatar belakangi dengan berbagai kemampuan yang bisa disumbangkan untuk mehadirkan Matabaca rahmatal lil Madura wa alamin.           
**********
Matabacaku bukan hanya milikku, ia juga milikmu dan Matabacamu juga. Matabaca kita pelan-pelan kita bangun dengan kesabaran yang penuh dengan impian-impian dan cita-cita dari aspirasi kultur dan variasi yang membuat kita kaya. Bagaikan taman disurga dalam mimpi di alam ide.
Kita boleh bermimpi akan pengalaman spritual ke masa depan, karena lewat media itu kita bisa mewujudakan dengan satu langkah pasti membentuk Matabaca.
Yang kita rindukan dan hendak diwujudkan adalah “Jiwa” ke-Matabacaan untuk memberikan warna dalam makna kehidupan yang lebih riel dalam pengertian adil dan beradab bagi semua kalangan.
Matabaca kita merupakan hasil sebuah perjuangan dengan kesabaran, hasil pengabdian yang tulus, hasil imajinasi tentang masa depan dalam pemahaman bersama yang utuh dan tuntas. Kesadaran suka rela untuk saling menerima perbedaan posisi dan peran demi memperkuat atau memperkayaan khazanah memanusiakan manusia.


" Jangan nodai Matabacaku karena ia juga Matabacamu.
Matabacaku ini, aku tahu, Matabaca kita semua".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar